Semua orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Apa ukuran terbaik? Di sinilah setiap orang tua memiliki standar dan selera yang berbeda.
Selain itu, harus ada perbedaan standar dan selera, tetapi harus ada kesadaran bahwa kita berpegang pada standar umum yang kita butuhkan untuk meletakkan dasar ketika memilih sekolah untuk anak-anak kita.
Sekolah terbaik adalah sekolah yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan kita, serta keadaan, kemampuan, dan keinginan kita. Apakah mahal atau murah, ini adalah sesuatu yang lain. Karena mahal belum tentu sesuai.
Kembali ke standar umum tadi, beberapa poin kesepakatan yang harus kita perhatikan adalah:
Lokasi
Pilihlah sekolah yang jaraknya sesuai dengan tumbuh kembangnya agar ia tetap memiliki waktu untuk berolahraga, bermain atau bersosialisasi dengan keluarga. Jangan buang waktu pergi bekerja. Kita harus menyesuaikan jarak sesuai dengan pertumbuhan anak. Misalnya TK dekat dengan rumah, SD bisa agak jauh, dan sebagainya.
Nilai-nilai
Ada sekolah berbasis agama, berbasis kompetensi nasional, internasional, budaya lokal dan banyak lagi. Manakah dari nilai-nilai ini yang sesuai dengan keluarga kita sekarang dan di masa depan?
Kita mungkin masih kesulitan menemukan sekolah yang nilainya sesuai dengan nilai kita 100%. Solusi yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan perubahan atau penambahan. Yang terpenting, kami tidak menciptakan kontras yang tidak ingin kami terima sendiri.
Kualitas sekolah
Hal ini bisa kita dapatkan melalui observasi langsung, mencari informasi, mengamati lulusan, dan sebagainya. Kualitas ini meliputi sifat fisik dan non fisik. Lantas kapan kita mulai memilih sekolah berdasarkan aspirasi dan potensi anak untuk menjadi hebat? Masalah ini bisa bersifat dinamis. Intinya, akan lebih baik jika kita tidak menyerahkan pilihan 100% kepada anak atau bergantung 100% pada kita juga.
Idealnya, keputusan tersebut telah melalui proses sinergis antara kita dan anak. Adapun ukuran bagian keputusan, kita harus menyesuaikannya dengan kedewasaan dan perkembangan anak.
Misalnya, kita dapat merumuskan bahwa ketika kita di taman kanak-kanak kita mengambil peran 80% dan dia mengambil peran 20%. Ketika kami di sekolah menengah, 50%, dan setelah sekolah menengah, kami adalah 20% dan dia adalah 80%. Atau kita sudah terbiasa mengucapkan 50:50 kata sejak kecil.
Yang terpenting, kami membimbingnya untuk menjadi yang terbaik, namun dengan berpegang pada nilai-nilai yang kami ajarkan, agar ia tetap bebas dari tanggung jawab dan tidak kehilangan jati dirinya.
Mungkin berguna.
Recent Comments